Uncategorized
Yusuf BomBom  

Industri 5.0 Kolaborasi Manusia dan Teknologi: Peluang Nyata untuk Gen Z Indonesia

Industri 5.0 kolaborasi manusia dan teknologi bukan lagi mimpi futuristik—ini sudah terjadi di Indonesia. Berbeda dengan Industri 4.0 yang fokus pada otomasi penuh, era baru ini mengedepankan harmoni antara kecerdasan manusia dan kemampuan teknologi. Tapi pertanyaannya: apakah Gen Z Indonesia siap mengambil kesempatan ini?

Data terbaru Badan Pusat Statistik (BPS) Mei 2025 menunjukkan tingkat pengangguran Indonesia berada di 4,76% dengan total 7,28 juta orang menganggur. Lebih mengkhawatirkan, kelompok usia 15-24 tahun (Gen Z) memiliki tingkat pengangguran tertinggi mencapai 22,34% untuk usia 15-19 tahun dan 15,34% untuk usia 20-24 tahun. Namun di balik angka ini, ada peluang besar: Industri 5.0 kolaborasi manusia dan teknologi membuka pintu karir baru yang bahkan tidak ada 5 tahun lalu.

Yang akan kamu pelajari berdasarkan data faktual:


Apa Itu Industri 5.0 dan Mengapa Indonesia Belum Sepenuhnya Siap?

Industri 5.0 Kolaborasi Manusia dan Teknologi: Peluang Nyata untuk Gen Z Indonesia

Revolusi Industri 5.0 mengusung kolaborasi antara kecerdasan buatan dan sentuhan manusia, dengan teknologi seperti robotics, Internet of Things (IoT), dan big data yang diarahkan untuk menunjang nilai-nilai kemanusiaan seperti keberlanjutan, kesejahteraan, dan inklusivitas.

Konsep Industri 5.0 pertama kali digagas oleh Jepang. Society 5.0 diresmikan pada 21 Januari 2019 sebagai resolusi atas revolusi industri 4.0, yang pertama kali digagas oleh Jepang di mana masyarakatnya mulai berinteraksi dengan teknologi baru dan mengintegrasikan dalam kehidupan mereka.

Bagaimana posisi Indonesia? Menurut laporan The World Economic Forum, tingkat kesiapan digital Indonesia masih berada pada kategori menengah ke bawah dibandingkan negara-negara maju, dengan infrastruktur digital belum merata dan kesenjangan keterampilan tenaga kerja masih tinggi.

Pengamat Ekonomi dari Universitas Indonesia Telisa Aulia Falianty menyatakan bahwa transformasi Indonesia terus terjadi ke arah 4.0 dan 5.0, namun karena ketimpangan yang tinggi dan belum terlalu meratanya pembangunan, bahkan mungkin ada yang bertransformasi dengan meloncat dari 2.0 ke 4.0.

Fakta Mengejutkan: Walaupun Indonesia belum siap 100 persen ke 5.0, namun dengan bahu membahu dinilai bisa mempercepat kesiapan ini.

Perbedaan mendasar dengan Industri 4.0: Berdasarkan European Union, industri 5.0 memberikan visi industri yang bertujuan lebih dari sekadar efisiensi dan produktivitas sebagai satu-satunya tujuan, serta memperkuat peran dan kontribusi industri kepada masyarakat. Ini berarti Industri 5.0 kolaborasi manusia dan teknologi tidak menggantikan pekerja, melainkan melengkapi kemampuan manusia.


Pertumbuhan Ekonomi Digital Indonesia: Angka yang Menggembirakan

Industri 5.0 Kolaborasi Manusia dan Teknologi: Peluang Nyata untuk Gen Z Indonesia

Indonesia memiliki momentum digital yang luar biasa. Menurut studi Google, Temasek, dan Bain & Company, ekonomi digital Indonesia diproyeksikan melebihi USD 124 miliar pada akhir 2025. Ini pertumbuhan signifikan dari $70 miliar di 2021, dengan proyeksi $146 miliar di 2025.

Penetrasi Internet Meningkat Pesat: Terdapat 212,9 juta pengguna internet di Indonesia pada 2023, dengan tingkat penetrasi internet mencapai 77 persen dari total populasi.

Inklusi Keuangan Melonjak: Selama dekade terakhir, faktor-faktor seperti kebijakan pemerintah yang mendukung, sektor fintech yang dinamis, dan ekonomi digital yang berkembang telah mempercepat inklusi keuangan dari 49% di 2014 menjadi sekitar 83% di 2023. Lompatan luar biasa ini setara dengan menambahkan populasi Swiss tujuh kali lipat ke dalam sistem perbankan Indonesia.

Adopsi Teknologi AI: Adopsi teknologi digital juga berkorelasi dengan pertumbuhan nilai barang dagangan bruto yang diproyeksikan mencapai sekitar $200-360 miliar pada 2030.

Data Terkini: Menurut penilaian Kementerian Komunikasi dan Digital, skor Indonesian Digital Society Index (IMDI) untuk tahun 2025 meningkat menjadi 44,53, namun tingkat peningkatan masih rendah yaitu hanya 1,19 poin dibanding tahun 2024.

Daya Saing Digital Indonesia: Penilaian International Institute for Management Development (IMD) melalui laporan “IMD World Digital Competitiveness Ranking 2024” menempatkan Indonesia di posisi 43 dari 67 negara. Selama lima tahun terakhir, daya saing digital Indonesia konsisten membaik dari 56 (2020), 53 (2021), 51 (2022), 45 (2023), hingga 43 (2024).


Realitas Keras: Tantangan Gen Z di Pasar Kerja Indonesia

Industri 5.0 Kolaborasi Manusia dan Teknologi: Peluang Nyata untuk Gen Z Indonesia

Data menunjukkan situasi yang menantang bagi Gen Z Indonesia. Badan Pusat Statistik memperkirakan bahwa populasi yang lahir antara 1997 dan 2012, atau Generasi Z, merupakan 27,94 persen dari total populasi Indonesia, yang berarti jumlah Generasi Z di Indonesia sekarang mencapai 74,93 juta individu.

Pengangguran Gen Z Sangat Tinggi: BPS melaporkan bahwa antara Februari 2022 hingga Februari 2025, setidaknya lebih dari 14 juta anak muda Indonesia berusia 15-24 tahun yang tergolong sebagai pengangguran. Pemuda yang dikategorikan sebagai Generasi Z dengan status pengangguran mencapai 46,4 persen dari total pengangguran dari Februari 2022 hingga Februari 2025.

Masalah Skill Mismatch: Banyak dari mereka yang menganggur bukan karena keterampilan yang tidak memadai, melainkan karena ketidaksesuaian antara profil pencari kerja dan kebutuhan pasar kerja, atau skill mismatch. Journal of Employment oleh Oktaviana Prayudhani (2020) menemukan bahwa 35,48 persen pekerja bekerja di bawah tingkat keterampilan mereka.

NEET (Not in Education, Employment, or Training): Menurut data BPS untuk 2023, 25,80% pemuda Indonesia diklasifikasikan sebagai NEET (Not in Education, Employment, or Training), dengan tingkat pengangguran pemuda perempuan dua kali lipat dibandingkan laki-laki.

Stigma Negatif Gen Z: Pekerja muda dari Generasi Z sering menghadapi berbagai stigma negatif yang dapat berdampak buruk dalam proses penyerapan tenaga kerja, seperti dipersepsikan sebagai generasi yang “lembek”, kurang loyalitas kepada perusahaan, dan terlalu sensitif.

Fakta Penting: Laporan menyoroti bahwa 88% dari Gen Z dan 89% dari Milenial di Indonesia mengidentifikasi ketenagakerjaan sebagai masalah kritis, dengan peran entry-level yang tidak memadai, program mentorship yang kurang, dan jalur magang yang terbatas memperburuk masalah ini.


Sektor-Sektor Indonesia yang Sudah Menerapkan Industri 5.0

Industri 5.0 Kolaborasi Manusia dan Teknologi: Peluang Nyata untuk Gen Z Indonesia

Meski masih dalam tahap transisi, beberapa sektor di Indonesia sudah mulai mengadopsi prinsip Industri 5.0 kolaborasi manusia dan teknologi:

1. Industri Kreatif Industri kreatif Indonesia, yang meliputi subsektor kuliner, tekstil, dan kriya, menyumbang 6,89% terhadap PDB nasional pada tahun 2023. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), lebih dari 90% tenaga kerja di sektor ini bekerja di tiga subsektor tersebut.

2. Layanan Keuangan Digital (Fintech) Platform seperti DANA telah mengintegrasikan AI ke dalam aplikasi mereka, melatih karyawan dan menggunakannya untuk misi membangun masyarakat tanpa uang tunai yang lebih inklusif.

3. E-Commerce dan Perdagangan Sektor perdagangan menyerap jumlah pekerja baru terbesar, menambah 980.000 pekerjaan, diikuti oleh pertanian (890.000) dan manufaktur (720.000).

4. Agritech dan Pertanian Platform seperti pombalinjecta.com dan perusahaan agritech lainnya mulai mengintegrasikan teknologi digital untuk membantu petani, meskipun adopsi masih dalam tahap awal.

5. UMKM yang Go Digital Pemerintah Indonesia menargetkan 30 juta UMKM untuk go digital pada 2024, dengan fokus pada penambahan digital lebih dari 64 juta UMKM di seluruh negara. Menurut data Kementerian Koperasi dan UKM tahun 2021, saat ini terdapat 64,2 juta UMKM yang menyumbang 61,07% atau IDR 8.573,89 triliun terhadap PDB nasional.

Insight Penting: Data menunjukkan bahwa 92,37% industri kreatif dijalankan dengan modal sendiri, dan 88,95% pelaku usaha tidak memiliki hak kekayaan intelektual (IP), dengan pemasaran yang masih terfokus pada pasar lokal.


Skill Konkret yang Dibutuhkan untuk Era Industri 5.0

Industri 5.0 Kolaborasi Manusia dan Teknologi: Peluang Nyata untuk Gen Z Indonesia

Pemerintah Indonesia menargetkan menghasilkan 9 juta talenta digital pada 2030, yang setara dengan rata-rata 600 ribu pekerja digital setiap tahunnya. Untuk memenuhi target ambisius ini dan memastikan tidak ada yang tertinggal, Indonesia menghadapi tantangan utama dengan proyeksi yang mengindikasikan potensi kekurangan hingga 9 juta pekerja TIK terampil pada 2030 karena transformasi digital yang cepat.

Skill Utama yang Dibutuhkan:

Technical Skills:

  • AI & Machine Learning Literacy
  • Data Analysis & Visualization
  • Digital Marketing & E-Commerce
  • Cloud Computing & Cybersecurity
  • Programming & Software Development

Soft Skills yang Krusial:

  • Adaptability (Kemampuan Beradaptasi)
  • Critical Thinking
  • Problem Solving
  • Communication & Collaboration
  • Continuous Learning Mindset

Fakta Menggembirakan tentang Gen Z: PwC’s Global Hopes and Fears Survey 2024 mengungkapkan bahwa 91% responden Indonesia bereaksi positif terhadap perubahan di tempat kerja yang sedang berlangsung, menunjukkan kesiapan mereka untuk beradaptasi dengan cara kerja baru dan merangkul transformasi untuk pengembangan profesional.


Program Nyata untuk Upskilling Gen Z Indonesia

Industri 5.0 Kolaborasi Manusia dan Teknologi: Peluang Nyata untuk Gen Z Indonesia

Pemerintah dan sektor swasta sudah meluncurkan berbagai program konkret untuk membantu Gen Z Indonesia:

1. Skill Our Future Indonesia (UNDP & Microsoft) Program yang dipimpin UNDP dan Microsoft bertujuan untuk mendemokratisasi akses ke keterampilan digital, kecerdasan buatan (AI), dan peluang kerja bagi kaum muda, termasuk mereka yang berasal dari komunitas yang kurang terlayani. Program ini menargetkan untuk menjangkau 400.000 pemuda Indonesia, dengan 40.000 pada tahun 2024, memberikan mereka pelatihan, sertifikasi, dan kegiatan kesiapan kerja yang diperlukan untuk sukses di era digital.

Skill Our Future Indonesia memiliki dua platform: www.skillourfuture.org untuk kegiatan pembelajaran mandiri dan employability.skillourfuture.org untuk kegiatan kesiapan kerja yang menghubungkan pemuda dengan lebih dari 1.000 peluang kerja.

2. Indonesia Payment System Blueprint 2025-2030 Indonesia telah meletakkan fondasi yang menjanjikan melalui program seperti Indonesia Payment System Blueprint 2025-2030, yang didorong oleh Bank Sentral, yang berupaya menciptakan sistem keuangan digital yang aman, interoperabel, dan secara bertanggung jawab merangkul inovasi AI.

3. AI Code of Conduct Pemerintah memperkenalkan pedoman perilaku AI pada 2023 oleh Kementerian Komunikasi dan Digital, yang menekankan urgensi untuk mengatasi pertanyaan etika dan menyelaraskan praktik industri dengan nilai-nilai masyarakat.

4. Program Kemitraan Internasional Pemerintah menyoroti inisiatif yang meningkatkan kesiapan global kaum muda Indonesia melalui kemitraan dengan negara-negara seperti Korea Selatan, Jepang, dan Jerman, menawarkan pelatihan bahasa dan keterampilan yang mempersiapkan pemuda untuk peluang internasional.

5. #1000StartupDigital Movement Indonesia secara aktif memelihara ekosistem startup dengan inisiatif yang dipimpin pemerintah seperti gerakan #1000StartupDigital.

Data Penting: Indonesia adalah rumah bagi populasi muda yang dinamis, dengan 64,16 juta individu berusia antara 16 dan 30 tahun, yang terdiri dari 23,18% dari populasi bangsa.


Langkah Praktis Mempersiapkan Diri: Investasi Minimal, Hasil Maksimal

Berdasarkan data dan program yang tersedia, berikut langkah konkret yang bisa kamu lakukan:

Fase 1: Foundation (Bulan 1-2) – GRATIS

  • Daftar di www.skillourfuture.org untuk pembelajaran mandiri
  • Ikuti program Digital Talent Scholarship Kominfo (gratis)
  • Manfaatkan Microsoft Learn dan Google Digital Garage (gratis)
  • Bergabung dengan komunitas digital lokal

Fase 2: Sertifikasi (Bulan 3-4) – Rp 500rb-2 juta

  • Ambil sertifikasi profesional dari Google, Microsoft, atau IBM
  • Ikuti bootcamp online dari platform seperti Dicoding Indonesia
  • Manfaatkan beasiswa yang tersedia dari berbagai platform

Fase 3: Praktik & Portfolio (Bulan 5-6) – Minimal Biaya

  • Kerjakan project nyata (bisa volunteer atau freelance)
  • Bangun portfolio online di GitHub, Behance, atau LinkedIn
  • Ikuti hackathon dan kompetisi digital (banyak yang gratis)
  • Manfaatkan employability.skillourfuture.org untuk mencari kerja

Platform Belajar dengan Akses Terbatas/Gratis:

  • Dicoding Indonesia (beasiswa tersedia)
  • Digital Talent Scholarship Kominfo
  • Skill Our Future Indonesia
  • Google Developer Student Clubs
  • Microsoft Learn Student Ambassadors

Tips Penting: Talenta Indonesia sangat tangguh dan adaptif, dengan 91% responden Indonesia bereaksi positif terhadap perubahan di tempat kerja, asalkan pemberi kerja mereka memfasilitasi pertumbuhan.


Masa Depan: Indonesia Emas 2045 dan Peran Gen Z

Tonggak pencapaian ini mendukung ambisi jangka panjang Indonesia, Indonesia Vision 2045, yang membayangkan ekonomi yang maju, inklusif, dan berkelanjutan.

Bonus Demografi Indonesia: Indonesia saat ini memiliki generasi sangat muda atau Gen Z sampai tua atau Veteran, yang diharapkan dapat mendukung industri 4.0, terlebih Indonesia akan mendapat bonus demografi pada 2030-2035, dengan jumlah kelompok usia produktif mencapai dua kali lipat dibanding yang tidak produktif.

Indonesia diperkirakan akan memasuki era society 5.0 pada tahun 2045, sedangkan di Jepang telah memasuki era society 5.0 pada tahun 2019.

Tantangan Infrastruktur: Transformasi digital pada era industri 5.0 membuat konektivitas antara manusia, mesin, dan sumber daya lainnya melalui teknologi informasi dan komunikasi meningkat, sehingga pemerintah dan industri nasional harus meningkatkan penguasaan teknologi sebagai kunci untuk daya saing di era digital.

Ekonomi Sirkular: Perlu disadari mengenai kesadaran perubahan iklim, sehingga perlu menjaga keseimbangan alam dan perlunya penerapan konsep ekonomi sirkular yang selaras dengan penerapan industri 5.0. Konsep ekonomi sirkular merupakan konsep ekonomi yang ramah lingkungan dan berkelanjutan, melalui pemanfaatan sumber daya, bahan baku maupun produk jadi yang bisa dipakai ulang berkelanjutan, dan menghasilkan sampah atau limbah seminimal mungkin.

Baca Juga Panel Surya untuk Desa Indonesia


Kolaborasi adalah Kunci, Bukan Kompetisi

Industri 5.0 kolaborasi manusia dan teknologi bukan tentang robot menggantikan manusia—ini tentang bagaimana manusia dan teknologi bisa saling melengkapi untuk hasil yang lebih baik. Data menunjukkan Indonesia masih dalam perjalanan menuju kesiapan penuh, tapi momentum sudah terbangun.

Realitas yang Harus Dihadapi Gen Z:

  • Pengangguran Gen Z tinggi (22,34% untuk usia 15-19, 15,34% untuk 20-24)
  • Skill mismatch masih menjadi masalah utama
  • Tapi program upskilling gratis dan bersubsidi sudah tersedia
  • Ekonomi digital Indonesia tumbuh pesat ($124 miliar di 2025)
  • Pemerintah menargetkan 9 juta talenta digital pada 2030

Yang Bisa Kamu Lakukan Sekarang:

  1. Daftar di program gratis seperti Skill Our Future Indonesia
  2. Ambil sertifikasi profesional (investasi Rp 500rb-2 juta)
  3. Bangun portfolio dengan project nyata
  4. Bergabung dengan komunitas digital
  5. Terus belajar dan beradaptasi

Fakta Menggembirakan: 91% responden Indonesia bereaksi positif terhadap perubahan di tempat kerja dan siap beradaptasi. Ini menunjukkan Gen Z Indonesia punya mental growth yang kuat.

Pertanyaan untuk kamu: Dari semua program dan peluang yang tersedia berdasarkan data di atas, mana yang paling relevan dengan situasimu? Atau ada hambatan spesifik yang kamu hadapi untuk mulai belajar skill digital?